Coka Iba Warnai Maulid Nabi Di Bicoli
Perayaan Maulid Nabi Di Bicoli
MABA,CH – Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 Hijriah/2019 Masehi di Desa Bicoli Kecamatan Maba Selatan Kabupaten Halmahera Timur (Haltim) berlangsung meriah. Tak hanya menggelar salawat nabi maupun dzikir, momentum lahirnya Nabi Muhammad ini juga diwarnai dengan budaya Coka Iba.
Perayaan Maulid Nabi di Bicoli berlangsung sejak, Sabtu (9/11) yang ditandai dengan keluarnya Coka Iba pada pagi hari, setelah Sholat Subuh. Para Coka Iba ini berlari mengelilingi desa yang menandakan perayaan Maulid Nabi telah dimulai.
Di Bicoli, budaya Coka Iba dikategorikan dalam tiga bagian, yakni Coka Iba Adat, biasa digunakan pada saat pembukaan dan penutupan perayaan Maulid Nabi, dan juga digunakan untuk menjemput para tamu istimewa seperti pimpinan daerah. Selain itu dikenal juga Coka Iba Daran (Jahat) yakni para warga menggunakan topeng sambil memburu dan memukul warga yang berkeliaran di jalan. Kemudian Coka Iba Jekjak (Becek/lumpur) yaitu wajah para warga dilumuri lumpur, mereka mengejar warga yang berkeliaran sambil menggosok lumpur ke wajah atau tangan warga.
Coka Iba diambil dari Bahasa Tidore yang artinya Topeng Setan. Awalnya budaya ini lahir dari Kesultanan Tidore yang saat itu dipimpin oleh Sultan Ciriliyati alias Jamaluddin, kemudian dikembangkan oleh sultan seterusnya termasuk Sultan Zainal Abidin yang membangun benteng di Desa Wouso (Bicoli).
Budaya ini merupakan acara serimoni yang dibudayakan menjelang Maulid Nabi. Budaya ini kemudian dihadiakan oleh Kesultanan Tidore yang disebut Cocatu atau penghargaan kepada Sangaji Patani, Weda dan Maba. Sangaji menerima Cocatu ini yang kemudian diilustrasikan dalam bentuk upacara adat secara turun temurun pada saat perayaan Maulid Nabi. (Skripsi Suhardi Koromo, 2019).
Ketua Adat Sangaji (Pemimpin Distrik) Bicoli, Sanun Seba menjelaskan, dalam menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, masyarakat Bicoli tetap memperagakan budaya Coka Iba. “Budaya Coka Iba ini sudah menjadi adat yang turun temurun hingga saat ini. Selain itu adat kami juga memotong ayam sebagai bentuk kebersamaan masyarakat,” kata Sanun, Senin (11/11).
Lanjut Sanun, pada malam hari warga berkumpul melakukan dzikir bersama. Dzikir ini sebagai bentuk rasa sukur terhadap lahirnya Nabi Muhammad SAW. “Jadi nanti malam kami Dzikir, penutupan perayaan Maulid Nabi akan berakhir pada hari kamis (14/11) malam yang di tutup dengan pembacaan doa selamat,” tukasnya. (Red)
Reporter: Rustam Gawa