Diduga Dendam, Aparat Desa Laluin Pukul Wartawan Dan Mahasiswa
Gambar Ilustrasi Aksi Pemukulan
HALSEL, CH- Pemerintah Desa Laluin di Kecamatan Kayoa Selatan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) kembali berulah. Setelah sebelumnya menyerang wartawan, kali ini aparat desa kembali memukul wartawan atas nama Nuski A. Saban dan tiga Mahasiswa Laluin yakni Faisal, Mursalin dan Sofyan.
Aksi pemukalan ini terjadi di teras rumah salah satu warga di Desa Laluin pada, Senin (4/5/2020) sekitar pukul 23.30 WIT. Peristiwa ini berawal dari Nuski bersama tiga orang mahasiswa ini mencari jaringan 4G di teras rumah warga yang merupakan salah satu tempat untuk bisa mengakses jaringan 4G. Nuski saat itu sedang mengirim berita, sementara tiga mahasiswa mendownload materi tentang perkuliahan.
Tiba-tiba datang dua orang perangkat desa tampa bicara langsung memukul wartawan dengan tiga orang mahasiswa menggunakan rotan bambu sebelum menegur terlebih dahulu. Saat itu yang memukul wartawan dan mahasiswa tersebut adalah perangkat desa bernama Laaji. “Dia (Laaji) bilang tara bisa bakumpul sementara kami cuma berempat, lagian kami di teras rumah bukan di tempat umum, sementara banyak warga yang main catur di depan rumah warga tidak dilarang,” kata Nuski.
Tiga mahasiswa yang kaget setelah dipukul langsung menanyakan soal pemukulan itu ke Laaji, karena tidak ada pemberitahuan atau pengumuman tentang larangan ke luar malam oleh pemerintah desa setempat akibat Covid-19. Tak terima dengan pertanyaan mahasiswa tersebut, Laaji kemudian panggil rekan-rekanya kurang lebih 6 orang dan kembali ke tempat wartawan dan mahasiswa tersebut. “Sempat adu mulut, tapi tidak berlangsung lama karena ada salah satu warga yang mengatakan tidak ada aturan satgus pukul warga,” cerita Nuski.
Berselang kurang lebih 7 menit Kepala Desa Laluin Viki Salamat lengkap dengan perangkat desanya datang menghampiri Nuski dan tiga orang mahasiswa tersebut. Pada saat itu seorang staf desa bernama Irwan Ade mendekati Nuski dan nyaris menghantam Nuski dengan selempar kayu papan yang saat itu lagi duduk. Beruntung ada seorang warga yang menegur Irwan Ade. “Alhamdulilla ada om Peli pemilik rumah itu mengeluarkan bahasa suru jangan pukul,” ujar Nuski.
Sementara Kepala Desa Viki Salamat mendorong Nuski sepanjang jalan. Dalam perjalan pulang Nuski di hadang oleh Muin Ade yang merupakan Ketua RW Dusun III. Muin Ade kemudian mencekit leher Nuski. Nuski kemudian melepaskan tangan Muin Ade sambil berjalan pulang, Muin Ade langsung melepaskan pukulan ke batang leher Nuski. “Bapak RW menghantam (mumukul) saya degan tangganya di batang leher saya, pas di depan kepala desa. Anehnya kepala desa membiarkan hal itu, padahal sebagai kepala desa harus bersikap adil,” kesalnya.
Menurut Nuski, aksi pengroyokan dan pemukulan terhadap dirinya dengan tiga orang mahasiswa itu adalah rasa dendam atas pemuatan berita tentang lampu jalan dan penimbunan jalan di Desa Laluin menggunakan batu karang, serta laporan Nuski ke Polsek beberapa waktu lalu terkait dengan aksi penyerangan oleh perangkat desa ke Nuski yang diduga kuat ditunjangi oleh Kepala Desa Viki Salamat. “Menurut saya, mereka menggunakan alasan Covid-19 dengan memukul saya adalah alasan yang tidak masuk akal, sebab ada banyak warga yang berkumpul dan berkeliaran di jalan tidak ditegur kenapa kami, baru cuma saya yang dapat perlakuan tidak wajar dari pemerintah desa. Lebih para lagi disaat saya dapa pukul perangkat desa yang bernama Irwan Ade mengatakan bikiapa kasih naik-naik berita lampu jalan, pembangunan jalan, bagimana desa mo maju ini, baru ngana (Nuski) ini yang berani lapor kapala desa selama ini tarada orang yang barani lapor lapala desa,” beber Nuski, meniru perkataan Irwan Ade.
Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah desa mengatasnamakan tim satuan gugus (satgus) Covid-19 Desa Laluin ini tidak diterima oleh tiga mahasiswa yang ikut korban. “Kami tidak terima baik, kami tidak berhura-hura, kami cari jaringan demi kepentingan kuliah kami. Tiba-tiba datang pukul kami tanpa ada penjelasan, sebagai mahasiswa kami tidak terima baik atas sikap pemerintah desa atau satgus, ini tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh pemerintah desa dan kami akan tetap menempu jalur hukum,” tegas Faisal, salah satu mahasiswa yang ikut korban.
Senada juga disampaikan oleh Sofyan mahasiswa lainya. Sofyan dengan tegas mengatakan dirinya akan menempuh jalur hukum terhadap apa yang dilakukan oleh staf pemerintah desa. “Selama ini masyarakat tidak bisa lapor dan bicara soal kebijakan perangkat maupun kepala desa, maka saya akan lapor hal ini ke pihak kepolisian saya tidak terima baik,” ancam Sofyan.
Sekedar diketahui, beberapa waktu lalu Nuski selaku media online Cerminhalmahera.com telah melaporkan kepala Desa Viki Salamat beserta sejumlah perangkat desa ke Kantor Polsek Kayoa tertanggal 16 April 2020 dengan nomor: B/21/IV/2020/Sek Kayoa tentang kasus perbuatan tidak menyenangkan dan kebebasan pers. Sayangnya hingga saat ini tidak ada tindaklanjut dari pihak polsek setempat.
Karena tidak ada efek jerat, Pemerintah Desa laluin kembali berulah sampai berujung pada aksi pemukulan. “Kami berharap agar kasus kali ini dapat diseriusi oleh pihak polsek agar hal serupa tidak lagi terulang hingga memakan korban, jika tidak ada penyelesaian makan kami akan mengaku hal ini langsung ke pihak Polda,”tegas Nehemia Bustami, koordinator liputan Cerminhalmahera.com.
Sementara itu Kepala Desa Laluin Viki Salamat saat dihubungi via handpone baik melalui pesan washap maupun telpon sejak paska kejadian hingga berita ini terbit tidak tersambung. (Red)