Perusda AMAN Mandiri Berhenti Produksi, Mesin Penyuling Minyak Atsiri Jadi Besi Tua

Direktur Perusda AMAN Mandiri, Ja’far Hayatuddin (Foto: Musa CH)


TIDORE, CH – Bantuan mesin penyulingan minyak Atsiri dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, yang dikelolah oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Aman Mandiri Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Propinsi Maluku Utara (Malut) berhenti beroperasi.

Alasannya, minyak Atsiri yang diproduksi oleh BUMD Aman Mandiri tidak mencapai 10 milistisi, seperti pengolahan minyak Atsiri di daerah lain.

Padahal BUMD Aman Mandiri sudah banyak menggunakan bahan mentah berupa buah pala dan cengkeh yang dibeli dari masyarakat untuk diproduksi menjadi minyak Atsiri, namun gagal.

Alhasil, hingga saat ini produksi minyak Atsiri oleh BUMD Aman Mandiri diberhentikan sejak tahun 2018, dan mesin pengolahan tersebut kini sudah mulai terlihat seperti besi tua.

Padahal, semangat awal untuk memproduksi minyak Atsiri khas Tidore selain dijadikan sebagai obat, juga untuk menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tikep.

Direktur Umum BUMD Aman Mandiri Ja’far Hayatuddin saat dikonfirmasi media ini di Kantor BUMD Aman Mandiri mengatakan, bantuan yang diberikan oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2017 ini awalnya di kelola oleh Koperasi Tubuleu Jaya Mandiri di Kelurahan Gurabati, untuk membuat minyak atsiri, hanya saja pihak koperasi tidak mampu memproduksi dalam jumlah yang besar sesuai dengan permintaan pasar karena terkendala dengan masalah modal, sehingga dialihkan ke BUMD Aman Mandiri.

“Pihak koperasi mengalami kendala, sehingga dilakukan kerjasama dengan BUMD Aman Mandiri untuk dilakukan uji coba pembuatan minyak atsiri sebanyak dua kali, dari situ kita (BUMD) mulai terkendala dengan pasar dan kualitas minyak atsiri tidak mencapai 10 milistisi, didalam minyak pala itu tidak sesuai dengan permintaan pasar 10 milistisi,” kata Jafar Hayatuddin.

Jafar mengatakan, sesuai dengan permintaan pasar bahwa kualitas minyak atsiri harus diatas 10 milistisi, namun hasil uji coba BUMD Aman Mandiri kualitas minyak atsiri hanya 6 persen (milistisi), yang itu tidak sesuai dengan permintaan pasar setelah dilakukan pengecekan dibeberapa pasar di daerah lain.

“Karena permintaan pasar tinggi, setelah kita cek per liter harganya 800 ribu, namun punya BUMD cuma dapat harga 400 ribu lantaran milistisinya tidak sesuai dengan kualitas,” ucapnya.

Dia menambahkan, akibat mengalami kerugian yang begitu banyak, mulai dari bahan mentah pembuatan minyak atsiri berupa pala dan cengkeh dan bahan bakar kurang lebih sekitar 10 juta, produksi minyak atsiri kemudian diberhentikan sejak 2018 lalu.

“Dari 2018 itu sudah tidak jalan (produksi) lagi hingga saat ini dan bahan – bahannya dari hasil pembelian BUMD Aman Mandiri,” tutupnya. (Red)

Musa Abubakar

Reporter: Musa Abubakar

Show More
Back to top button