Konflik Batas Desa Tului-Toseho, Warga Boikot Jalan Sofifi-Weda
Ruas Jalan Sofifi-Weda Yang Diboikot Warga Tului
TIDORE, CH – Persoalan batas wilayah antara Desa Tului-Toseho di Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulaun (Tikep) kembali memanas. Warga Tului akhirnya memboikot ruas jalan Sofifi – Weda Kabupaten Halmahera Tengah.
Aksi pemalangan jalan ini terjadi, lantaran masyarakat Desa Tului tidak menerima adanya pemasangan patok batas wilayah yang dilakukan oleh Walikota Tikep, Capt. H. Ali Ibrahim bersama pihak Kesultan Tidore, yang berlangsung Rabu (27/11) pagi.
Warga menilai penempatan patok itu tidak tidak sesuai dengan keinginan warga Tului. Pemerintah Kota Tikep dan pihak kesultan dinilai lebih memihak ke Desa Toseho. “Tadi pak walikota dan pihak kesultanan tanam patok. Patoknya itu ikut versi Toseho makanya masyarakat Tului merasa tidak puas sehingga masyarakat memboikot jalan dan meminta pak walikota segera turun di Desa Tului dan mengubah keputusan yang tidak melibatkan masyarakat Tului,” kata Kades Tului Safrudin Safar melalui sambungan telpon.
Safrudin mengaku, pada saat pemasangan patok dirinya tidak tahu menahu, karena tidak ada pemberitahuan ke pemerintah desa maupun masyarakat Tului. “Berupa surat pemberitahuan pun tidak ada dan masyarakat tahu itu pemasangan patok sudah selesai pak wali dan rombongannya sudah tinggalkan Tului baru masyarakat tahu bahwa sudah ada penetapan tapal batas,” akunya.
Lanjut kades, masalah tapal batas ini sudah berkepanjangan. Bahkan konflik kali ini sudah yang ke lima kalinya. Awalnya konflik terjadi beberapa bulan lalu kemudian Pemkot Tikep mengundang perwakilan dari kedua desa untuk minta pendapat dan saran. Namun, sampai saat ini belum ada titik temu. “Jadi keputusan yang diambil pak walikota bersama pihak kesultanan ini menurut masyarakat Desa Tului itu keputusan yang cacat hukum,” tukasnya.
Keputusan yang diambil walikota, dengan memasang patok di Pohon Durian kata kades, adalah versi Desa Toseho. Untuk itu warga menilai Ali Ibrahim tidak mempertimbangkan keluhkan masyarakat Desa Tului, padahal masyarakat Tului juga bagian dari masyarakat Kota Tikep yang punya hak untuk menuntut keadilan.
Hingga berita ini terbit, masyarakat belum mengambil sikap untuk mencabut patok sebelum mendengar alasan-alasan dari pemkot dan pihak kesultanan. Kades berharap agar keputusan yang sudah diambil oleh Ali Ibrahim itu bisa dirubah karena sangat merugikan Desa Tului. “Ada dua versi, pak walikota dan pihak kesultanan harus mempertimbangkan itu, karena versi Toseho maunya di pohon durian kemudian Tului maunya dirumahnya Pak Jufri. Seharusnya Pemkot melihat dari kedua alasan itu. Baik bisa mengambil keputusan pun ada pertimbangan yang seadil-adilnya tidak merugikan salah satu pihak,” harapnya.
Aksi pemboikotan ruas jalan Sofifi-Weda yang berlangsung sekitar pukuk 10.00 WIT itu membuat aktifitas warga yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ikut terganggu. Aksi pemboikotan baru bisa di buka sekitar pukul 15.00 WIT, setelah aparat kepolisian bersama pihak TNI berhasil bernegosiasi dengan masyarakat. (Red)
Reporter: Musa Abubakar